Ya, umumnya sebagian orang mulai
merencanakan langkah selanjutnya setelah menyelesaikan studi Sarjananya. Bahkan,
sebelum selesai pun sudah ada yang telah direkrut perusahaan lebih dulu, menjadi
guru di sekolah, bisnis berjalan dengan baik. Namun, sebagian FG juga masih
berusaha untuk menyalurkan map coklat ke beberapa instansi, dan tidak sedikit
juga yang masih dilema atau bingung dengan dirinya sendiri. Apa yang harus saya
lakukan? Saya harus ke mana? Ke siapa?, pertanyaan ini masih gentayangan dalam
pikiran.
Hal tersebut sangat mungkin
dialami bagi para FG termasuk saya sendiri. Namun, bagi seorang yang kuliah
dengan biaya negara alias mendapat beasiswa. Mungkin akan mengalami dilema yang
berbeda dengan FG lainnya. Perlu kita ketahui bahwa, bagi seseorang yang
mendapat beasiswa dari negara biasanya memiliki tanggungan untuk mengabdikan
diri pada negara atau instansi yang mendelegasikan. Hal demikian kami alami
bagi para golongan penerima PBSB (Program Beasiswa Santri Berprestasi) dari Kementerian
Agama RI.
Mengabdi menjadi suatu
keharusan yang harus kami terima, bahkan telah menjadi hitam di atas putih
ketika kami memutuskan untuk menerima program tersebut. Setelah menyelesaikan studi
S1, kami diharuskan untuk kembali ke instansi yang mendelegasikan (Pondok
Pesantren) gua untuk mengabdikan diri. Tapi, pihak pemberi beasiswa (Kemenag RI)
masih memberi kelonggaran bagi kami. Jika menginginkan untuk melanjutkan studi
S2, kami masih diperbolehkan untuk menunda pengabdian sementara dengan syarat
ya dapat izin pihak pesantren. Bahkan mengabdi di pesantren lain juga
diperbolehkan jika syaratnya terpenuhi.
Lantas yang menjadi dilemanya
apa? Nah dilema yang dialami kebanyakan dari kami adalah apakah saya harus
kembali mengabdi atau tidak? Terus nanti kalau udah ngabdi saya harus ngapain?
Saya mending kerja aja lah daripada ngabdi, nanti disana malah jadi tukang
bangunin santri/santriwati doang. Ah, aku malu dah kalau ngabdi, nanti ketahuan
kalau akunya gak bisa ngapa2in. Aku baliknya nanti2 aja
lah, senior yang lain juga ada yang malah gak balik2 juga kok, dan
sebenarnya masih banyak lagi, silahkan tambahkan sendiri saja di kolom komentar
maybe atau CP aja :v.
Niatnya pengen lanjut S2, eh
pas dipikir2 pas kuliah S1 aja ya kerjanya bolos, sering telat,
tugas kerjanya SKS bahkan minta contoh temen. Ya akhirnya sadar diri aja. Perlu
perbaikan dulu sebelum melanjutkan studi. Ini juga mungkin dilema bagi kami
yang ingin lanjut S2 tanpa mengabdi terlebih dahulu. Ya gitulah. Mungkin perkataan
salah satu Dosen kami bener, kalau sehabis menyelesaikan sesuatu tuh, alangkah
baiknya meredam diri dulu dan ber-muhasabah untuk memahami kemauan pribadi. Ibarat
laptop kalau dipake ngetik skripsi seharian juga bakalan nge-hang juga,
syukur-syukur kalau masih ter-savekan, kalau nggak gimana coba. Nah gitulah,
perlu ada jeda sebelum melangkah lebih jauh lagi.
Sebenarnya yang ingin saya
sampaikan disini adalah pertaruhan ego pribadi. Jika keegoisan telah
merajalela, maka keputusan aka nada pada dirinya sendiri. Mau gak pulang yang
suki2 grill aja, mau kerja ya langsung kerja, mau S2 langsung daftar
aja. Semuanya terserah pada pribadinya. Hal seperti inilah yang juga
kami kadang alami. Alasannya ya gitu, daripada aku ngabdinya gak jelas, ngabdi di
pondokku ya gitu2 aja,, mending cari kerja, secara finansial udah bias
mendukung. Ataukah mending aku S2 aja langsung, daripada ngabdi dulu. Ya secara
keseluruhan gak ada yang salah sebenarnya, Cuma jika tidak dibicarakan terlebih
dahulu dengan pihak pesantrennya, ya itu bakal bermasalah juga. Intinya ya
apapun yang kita inginkan ya perlu ada pembicaraan dengan pesantren terlebih
dahulu.
Ya seperti itulah, Ego
Dilematic yang sangat alami terjadi pada kami. Terutama bagi saya sendiri. Apabila
kurang berkenan monggo diberi komentarnya untuk perbaikan pandangan gaess. Dan Jika
ini bermanfaat ya Alhamdulillah, kalau nggak ya Alhamdulillah juga. Sekian,
wassalam, salam Alkind 😊
Hidup itu Pilihan, maka Pilihlah Hidupmu jika Ingin Merasa Hidup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar