Model Problem Based Learning untuk Menjawab Tantangan Era Artificial Intelligence (Kecerdasan Buatan) - Kind_Blog

Latest

Jumat, 14 Januari 2022

Model Problem Based Learning untuk Menjawab Tantangan Era Artificial Intelligence (Kecerdasan Buatan)




Setelah menginjak tahun ke-2 masa Pandemi, pembelajaran sekolah, rapat dan semacamnya, beberapa masih dilakukan secara daring. Sebelum pandemi Menteri Pendidikan Mas Nadiem Makarim, melakukan sebuah gebrakan program Merdeka Belajar. Akan tetapi program tersebut berjalan selama pandemi ini. Merdeka Belajar dirancang untuk merealisasikan pendidikan yang bermutu. Salah satu perubahannya yaitu merevolisi Ujian Nasional menjadi Asesmen Kompetensi dan Survei Karakter, dan minimalisasi RPP.  Hal ini bertujuan agar guru lebih bebas dalam mengeksplorasi gaya, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan. Guru lebih bebas bukan berarti kerjaannya sedikit, namun disini perlu ditekankan bahwa desain dan model pelajaran yang dilakukan sepenuhnya diserahkan kepada guru, karena selama ini guru lebih banyak terikat oleh ribetnya administrasi dan semacamnya. 

 

Nah, salah satu model pembelajaran yang cocok digunakan untuk mendukung program tersebut adalah Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah).  PBL ini merupakan model yang menjadikan siswa sebagai pusat atau Student Centered, yang mana siswa akan lebih banyak mengeksplorasi pelarajan secara mandiri dan kelompok. Pendidik dalam model ini bukan lagi menjadi pusat atau pemateri seperti biasanya, melainkan menjadi seorang fasilitator. Peran pendidik dalam model ini hanya untuk mengatur jalannya proses pembelajaran. Memberikan pertanyaan atau permasalahan seputar materi yang diajarkan, kemudian siswa yang akan bertugas menyelesaikan atau mencari jawabannya secara mandiri maupun berkelompok. Apabila siswa memberi pertanyaan maka tugas guru bukan lagi menjawabnya melainkan melemparkan pertanyaan kembali kepada mereka. Model ini berupaya mengakak siswa untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan perubahan zaman yang semakin cepat. Sebuah penelitian menyatakan bahwa salah satu kemampuan yang paling dibutuhkan tahun 2021 yang lalu adalah kemampuan Problem Solving, Creativity, dan Communications. Kemampuan tersebut masuk dalam daftar top 10 skill yang paling dibutuhkan. Problem solving merupakan skill yang beberapa tahun ini masuk dalam top 5. 

 

Hal ini membuktikan bahwa dengan menerapkan model pembelajarannya Problem Based Learning pada siswa, secara tidak langsung kita sedang mempersiapkan mereka untuk mendobrak tantangan di masa depannya. Bukankan menyiapkan generasi itu merupakan satu hal yang sangat harus dilakukan oleh pendidik?. Bahkan bukan hanya pendidik, orangtua maupun masyarakat sekitar sepatutnya berupaya untuk mempersiakan generasi selanjutnya dengan sebaik mungkin. Tantangan era kedepannya akan selalu berubah dan bervariasi. Apabila usia dini mereka tidak dipersiapkan untuk menyambut hal itu, maka bisa saja mereka akan kebingungan dengan perubahan nantinya.

 

Problem Based Learning dalam pembelajaran bukan hanya sekedar memecahkan persoalan yang diberikan oleh pendidik. Bahkan melebihi, komunikasi dan kerjasama mereka akan mulai terbentuk sejak dini dan bahkan keterampilan berpikir kritis juga mulai terbangun. Apabila usia dini mereka sudah terbiasa dalam menyelesaikan sesuatu dengan mencari jawaban tersendiri dan berkomunikasi dengan kelompoknya, maka kita bisa bayangkan bagaimana generasi mereka kedepannya. Era 4.0 telah kita lewati dan mulai memasuki Era 5.0 yang mana kecerdasan buatan (artificial intelligence) mulai merajalela. Bukan tidak mungkin lagi jika kedepannya profesi akan banyak yang tergantikan oleh teknologi.  Nah, sementara jika usia mereka telah diisi dengan keterampilan PBL, maka kedepannya mereka akan lebih jeli dalam melihat perkembangan.

 

Kita ambil contoh saja Mas Menteri Nadiem, sebelum menjadi menteri Nadiem merupakan seorang CEO sebuah platform, yaitu Go-Jek. Aplikasi tersebut tercipta berdasar pengalaman dan pengamatan terhadap kehidupan masyarakat. Hal ini terbukti bahwa dengan platform tersebut, masyarakat lebih mudah untuk mengakses seuatu. Misalnya ojek yang awalnya harus berjalan kaki terlebih dahulu ke depan gang. Namun dengan adanya Go-Jek kita tinggal menentukan lokasi penjemputan dan tujuan, driver Gojek tersebut yang akan mendatangi lokasi kita. Saat ini Gojek bahkan sudah menyediakan berbagi macam fitur yang mewakili segala kebutuhan masyarakat. Ini merupakan contoh nyata yang berdasar pada permasalahan yang muncul di masayarakat yang kemudian memunculkan solusia tersebut.

 

Sekarang kita kembali ke persoalan utama, bagaimana Problem Based Learning ini kita terapkan pada siswa?. PBL bisa kita terapkan dengan cara berikut;

 

1. Pemberian Masalah yang Bersifat Nyata: Hal ini dapat dilakukan dengan membirakan pertanyaan-pertanyaan seputar permasalahan yang sedang terjadi, atau permasalahan yang bersifat nyata yang bukan hanya berpacu pada apa yang ada di buku.

2. Menyesuaikan Disiplin Ilmu yang dipelajari: Menyesuaikan disiplin ilmu bermaksud agar pertanyaan yang diberikan tetap dalam lingkup disiplin yang sedang dipelajari, sehingga fokusnya tidak mengarah pada hal lain.

3.   Investigasi terhadap Masalah: Tahap ini merupakan proses yang membangun pengetahuan siswa. Guru sebatas memfasilitasi mereka dalam menginvestigasi permasalahan yang ada. Siswa mengekplorasi berbagi bacaan yang disediakanm tentunya dengan menggunakan gadget akan lebih mudah untuk membantu mereka mecari bahan.

4.  Memberikan Otonom kepada Siswa: Siswa diberi kebebasan melakukan cara apapun dalam mencari apa yang dibutuhkan. Namun tentunya tetap dalam arahan pendidik.

 

Oleh karena itu sebagai pendidik perlu juga untuk membenahi diri dengan pelatihan dan memperbanyak referensi model belajar, agar selama proses pembelajaran tidak monoton seperti biasanya dimana pendidik hanya menjadi pemateri saja. Hal ini juga perlu dillakukan agar tidak terjadi kejenuhan dalam proses belajar siswa.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar