Hujan dan Ego - Kind_Blog

Latest

Selasa, 13 Maret 2018

Hujan dan Ego


     
Hidup di perkotaan bagi sebagian orang tentunya adalah suatu hal yang menguntungkan. Lapangan kerja yang banyak menjadikannya sebagai destinasi bagi para masyarakat desa. Sebagai anak desa yang berhijrah ke kota pahlawan menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan. Mimpi dan cita-cita semakin jelas ketika berada di kota pahlawan. Namun itu bukan pokok utama yang ingin penulis bahas. 
Kali ini, Hujan dan Ego menjadi topik yang ingin penulis ceritakan. Berawal dari banyaknya jalan yang kulalui, dan salah satunya ketika berbalik arah dari tempat pembelajaran ke kosku (Blue Kos). Kala itu ketika akan beranjak balik ke kediaman (kos), awan sudah mulai menampakkan kemegahannya alias mendung.
Seketika hujan berbondong-bondong menghiasi jalanan. Aroma jalan pun serasa berbeda lagi dikarenakan tetesan kristal air yang membasahi jalan. Awalnya mengira kalau mereka hanya sementara saja, namun ternyata itu berlangsung cukup lama. Lamanya hujan itu sanggup untuk menyulap jalan menjadi kolam renang bagi para pengendara. Mungkin itu yang sering dikatakan sebagai banjir.



Banjir tentunya membuat sebagian orang untuk enggan bepergian keluar rumah. Pasalnya, apabila banjir sudah terjadi, maka jalan pun akan menjadi macet. Saat itu niatnya ingin menghindari kemacetan dengan melalui jalan yang tidak terlalu ramai. Namun sesampainya di jalan itu ternyata terjadi penyimpangan dari niat. Justru jalan tersebut malah menjadi sasaran pengendara untuk menghindari kemacetan. Karena sudah terlanjur melalui jalan itu, ya harus tetap maju.
Uniknya, setiap pengendara memiliki ego masing-masing saat berkendara. Banyak yang tidak terlalu memperdulikan pengendara lainnya. Terutama pengendara mobil terhadap motor. Seringkali pengendara mobil menghiraukan pengendara lainnya dengan tetap melaju dengan cepat. Sehingga pengendara motor seringkali terkena cipratan air, dan bahkan bukan hanya sesama pengendara. Pejalan kaki juga seringkali menjadi sasaran cipratan air.
Hal ini menunjukkan bahwa disaat hujan mulai membasahi jalanan, maka seseorang cendering lebih mementingkan egonya sendiri dibanding orang lain. Disaat penulis menelusuri jalan untuk kembali, cipratan akibat laju mobil yang kencang itu mengenaiku, dan itu terulang beberapa kali. Bukan hanya mobil, pengendara motor pun seringkali hanya mementingkan egonya.
Pengendara mobil mungkin merasa jika dirinya sudah aman berada dalam mobil, sehingga tidak mungkin untuk terkena cipratan. Sementara pengendara motor mungkin ingin sampai pada tujuannya dengan segera, sehingga tidak memperdulikan pengendara lainnya. Percayalah, suatu saat anda akan merasakan hal yang sama. Akan ada masanya anda yang menjadi sasaran ciparatan pengendara lain. Pada saat itu apa yang anda katakan? Kata-kata apa yang keluar dari mulut anda? Bisa saja anda marah dalam hati. Marilah berpikir tenang, jika anda menjadi pengendara, jadilah pengendara yang peduli dan tidak mementingkan ego sendiri. Bayangkan jika anda menjadi orang yang terkena cipratan air. Jangan sampai orang yang terkena cipratan itu mengalamai kecelakaan.

#SafetyRiding

Tidak ada komentar:

Posting Komentar