Hidup di perkotaan bagi sebagian
orang tentunya adalah suatu hal yang menguntungkan. Lapangan kerja yang banyak
menjadikannya sebagai destinasi bagi para masyarakat desa. Sebagai anak desa
yang berhijrah ke kota pahlawan menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan.
Mimpi dan cita-cita semakin jelas ketika berada di kota pahlawan. Namun itu
bukan pokok utama yang ingin penulis bahas.
Kali ini, Hujan dan Ego menjadi topik yang
ingin penulis ceritakan. Berawal dari banyaknya jalan yang kulalui, dan salah
satunya ketika berbalik arah dari tempat pembelajaran ke kosku (Blue Kos). Kala
itu ketika akan beranjak balik ke kediaman (kos), awan sudah mulai menampakkan
kemegahannya alias mendung.
Seketika hujan berbondong-bondong
menghiasi jalanan. Aroma jalan pun serasa berbeda lagi dikarenakan tetesan
kristal air yang membasahi jalan. Awalnya mengira kalau mereka hanya sementara
saja, namun ternyata itu berlangsung cukup lama. Lamanya hujan itu sanggup
untuk menyulap jalan menjadi kolam renang bagi para pengendara. Mungkin itu
yang sering dikatakan sebagai banjir.
Banjir tentunya membuat sebagian orang
untuk enggan bepergian keluar rumah. Pasalnya, apabila banjir sudah terjadi,
maka jalan pun akan menjadi macet. Saat itu niatnya ingin menghindari kemacetan
dengan melalui jalan yang tidak terlalu ramai. Namun sesampainya di jalan itu
ternyata terjadi penyimpangan dari niat. Justru jalan tersebut malah menjadi
sasaran pengendara untuk menghindari kemacetan. Karena sudah terlanjur melalui
jalan itu, ya harus tetap maju.
Uniknya, setiap pengendara memiliki ego
masing-masing saat berkendara. Banyak yang tidak terlalu memperdulikan
pengendara lainnya. Terutama pengendara mobil terhadap motor. Seringkali
pengendara mobil menghiraukan pengendara lainnya dengan tetap melaju dengan
cepat. Sehingga pengendara motor seringkali terkena cipratan air, dan bahkan
bukan hanya sesama pengendara. Pejalan kaki juga seringkali menjadi sasaran
cipratan air.
Hal ini menunjukkan bahwa disaat hujan
mulai membasahi jalanan, maka seseorang cendering lebih mementingkan egonya
sendiri dibanding orang lain. Disaat penulis menelusuri jalan untuk kembali,
cipratan akibat laju mobil yang kencang itu mengenaiku, dan itu terulang
beberapa kali. Bukan hanya mobil, pengendara motor pun seringkali hanya
mementingkan egonya.
Pengendara mobil mungkin merasa jika
dirinya sudah aman berada dalam mobil, sehingga tidak mungkin untuk terkena
cipratan. Sementara pengendara motor mungkin ingin sampai pada tujuannya dengan
segera, sehingga tidak memperdulikan pengendara lainnya. Percayalah, suatu saat
anda akan merasakan hal yang sama. Akan ada masanya anda yang menjadi sasaran
ciparatan pengendara lain. Pada saat itu apa yang anda katakan? Kata-kata apa
yang keluar dari mulut anda? Bisa saja anda marah dalam hati. Marilah berpikir
tenang, jika anda menjadi pengendara, jadilah pengendara yang peduli dan tidak
mementingkan ego sendiri. Bayangkan jika anda menjadi orang yang terkena
cipratan air. Jangan sampai orang yang terkena cipratan itu mengalamai kecelakaan.
#SafetyRiding
Tidak ada komentar:
Posting Komentar