Peace Begin at Home - Kind_Blog

Latest

Sabtu, 17 Februari 2018

Peace Begin at Home

   

    Saat ini sudah muncul berbagai permasalahan yang terjadi antar kalangan, mulai dari permasalahan pribadi, komunitas, keluarga, dll. Kerap kali dijumpa kasus tindak kekerasan terhadap anak, orangtua, guru dan bahkan terkadang membawa agama. Hal itu saat ini sudah terhitung banyak sekali kejadiannya, dan tidak hanya sekali. Belum lama ini juga terjadi tragedi murid menganiaya gurunya hingga sekarat. Apakah ini yang diinginkan bangsa ini?. Pernah juga terjadi perilaku bullying terhadap mahasiswa berkebutuhan khusus. Apakah semestinya orang yang kuat atau yang kaya yang harus selalu diatas?. Itukah yang diinginkan bangsa ini.
     Mungkin tanpa disadari, setiap perilaku yang ditimbulkan seseorang berawal dari rumah. Rumah adalah tempat awal bagi seorang anak untuk mendapatkan segalanya. Oleh karenanya, bisa dikatakan bahwa  apa yang dilihat atau didengar oleh seorang anak ketika dirumah tidak menutup kemungkinan itu menjadi cerminan dari perilakunya terhadap dunia luar (luar rumah). Apabila orang tua ketika di rumah sering mengeluarkan suara yang keras ataukah teriak saat menyuruh anakanya, maka bisa dipastikan anak tersebut suatu saat akan melakukan hal sama. Hal tersebut bukan tidak mungkin terjadi, meskipun perilakunya suatu saat akan berubah sesuai dengan lingkungannya. Namun, memori itu akan tetap menyimpan semua yang pernah terjadi.
     Nah, disini bisa kita pastikan, seseorang melakukan perilaku bullying ataukah  kekerasan terhadap orang lain bukan hanya karena kenginan dia semata. Namun ada faktor lain yang menyebabkan orang tersebut melakukannya. Semuanya bisa disebabkan oleh faktor lingkungan yang keras, pergaulan yang tak terarah, dan dari rumah.
   Apabila seseorang memiliki perilaku yang keras, maka bisa dipastikan keluarganya pasti keras. Apabila memiliki kelembutan, maka bisa dipastikan pula keluarganya cenderung lembut. Hal ini sangat penting diketahui agar nantinya kita bisa memulai membangun sebuah keharmonisan dalam keluarga masing-masing.
    Sedikit bercerita pengalaman pribadi. Saya terlahir sebagai anak ke-3 dari 3 bersaudara. Namun hanya saya yang lahir tanpa merasakan suatu kehangatan sebuah keluarga yang utuh. Orang tua cerai disaat saya berusia sekitar 2-3 tahun. Saudara pertama meninggal tidak lama setelah itu terjadi. Hingga saat ini hidup dengan ibu dan saudara perempuan. Walau orangtua sudah pisah. Terkadang ayah sesekali menjenguk saya. Namun, tentunya masih ada rasa benci antara keduanya. Kala itu saya belum memahami, tapi ketika usia semakin besar, sedikit demi sedikit mulai paham. Saat ini aku mulai sadar, dulu ketika masih SD, saya kerap kali memperlakukan teman perempuan dengan tidak baik, entah itu mengejek atau kadang menjahili. Ternyata itu semua tanpa disadari menimbulkan perilaku eksternal terhadap diri saya.

     Maka marilah kita sebagai generasi yang sadar akan ketidaktahuan untuk saling tetap berbagi rasa kepedulian terhadap sesama. Bangunlah segalanya dimulai dari rumah dahulu, apabila rumahnya sudah tersebar virus keharmonisan, maka keharmonisan diluar akan semakin mudah untuk terbangun. Tidak ada lagi bullying, penganiayaan. Mulalilah dari rumah terdahulu, didiklah mereka sebaik mungkin agar kelak menjadi generasi yang peduli akan kebersamaan tanpa ada diskriminasi terhadap yang lain. Apalah arti ‘Kebhinekaan’ bila semuanya saling berjauhan, tidak mengenal, bahkan tidak mengakui saudaranya sendiri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar