Mungkin tanpa disadari, setiap
perilaku yang ditimbulkan seseorang berawal dari rumah. Rumah adalah tempat
awal bagi seorang anak untuk mendapatkan segalanya. Oleh karenanya, bisa
dikatakan bahwa apa yang dilihat atau
didengar oleh seorang anak ketika dirumah tidak menutup kemungkinan itu menjadi
cerminan dari perilakunya terhadap dunia luar (luar rumah). Apabila orang tua
ketika di rumah sering mengeluarkan suara yang keras ataukah teriak saat
menyuruh anakanya, maka bisa dipastikan anak tersebut suatu saat akan melakukan
hal sama. Hal tersebut bukan tidak mungkin terjadi, meskipun perilakunya suatu
saat akan berubah sesuai dengan lingkungannya. Namun, memori itu akan tetap
menyimpan semua yang pernah terjadi.
Nah, disini bisa kita pastikan,
seseorang melakukan perilaku bullying ataukah
kekerasan terhadap orang lain bukan hanya karena kenginan dia semata.
Namun ada faktor lain yang menyebabkan orang tersebut melakukannya. Semuanya
bisa disebabkan oleh faktor lingkungan yang keras, pergaulan yang tak terarah,
dan dari rumah.
Apabila seseorang memiliki perilaku
yang keras, maka bisa dipastikan keluarganya pasti keras. Apabila memiliki
kelembutan, maka bisa dipastikan pula keluarganya cenderung lembut. Hal ini
sangat penting diketahui agar nantinya kita bisa memulai membangun sebuah
keharmonisan dalam keluarga masing-masing.
Sedikit bercerita pengalaman
pribadi. Saya terlahir sebagai anak ke-3 dari 3 bersaudara. Namun hanya saya
yang lahir tanpa merasakan suatu kehangatan sebuah keluarga yang utuh. Orang
tua cerai disaat saya berusia sekitar 2-3 tahun. Saudara pertama meninggal
tidak lama setelah itu terjadi. Hingga saat ini hidup dengan ibu dan saudara
perempuan. Walau orangtua sudah pisah. Terkadang ayah sesekali menjenguk saya.
Namun, tentunya masih ada rasa benci antara keduanya. Kala itu saya belum
memahami, tapi ketika usia semakin besar, sedikit demi sedikit mulai paham.
Saat ini aku mulai sadar, dulu ketika masih SD, saya kerap kali memperlakukan
teman perempuan dengan tidak baik, entah itu mengejek atau kadang menjahili.
Ternyata itu semua tanpa disadari menimbulkan perilaku eksternal terhadap diri
saya.
Maka marilah kita sebagai generasi
yang sadar akan ketidaktahuan untuk saling tetap berbagi rasa kepedulian
terhadap sesama. Bangunlah segalanya dimulai dari rumah dahulu, apabila
rumahnya sudah tersebar virus keharmonisan, maka keharmonisan diluar akan semakin
mudah untuk terbangun. Tidak ada lagi bullying, penganiayaan. Mulalilah dari
rumah terdahulu, didiklah mereka sebaik mungkin agar kelak menjadi generasi
yang peduli akan kebersamaan tanpa ada diskriminasi terhadap yang lain. Apalah
arti ‘Kebhinekaan’ bila semuanya saling berjauhan, tidak mengenal, bahkan tidak
mengakui saudaranya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar