Perkembangan Agama pada Remaja - Kind_Blog

Latest

Senin, 19 Februari 2018

Perkembangan Agama pada Remaja


Osward Kroh menyatakan bahwa perkembangan seorang anak itu dapat digambarkan sebagai suatu proses evolusi, maka pada pertumbuhan masa remaja maka evolusi berubah menjadi revolusi.[1] Dalam pembagian tahap perkembangan, maka pada masa remaja merupakan tahap yang progresif.
Zakiah Daradjat dalam bukunya menjelaskan bahwa sikap remaja terhadap agama terbagi atas: [2]
1.      Percaya ikut-ikutan
Banyak diantara kalangan remaja yang percaya kepada tuhan dan menjalankan agama karena berada pada lingkungan yang beragama, ataukah pada lingkungan sosial.keadaan semacam ini biasanya terjadi pada masa remaja pertama berusia 13-16 tahun.
2.      Percaya dengan kesadaran
Keadaan yang mulai menonjolkan kebanggan maupun kecemasan atas dorongan-dorongan yang ada. Maka tampak kematangan berfkir pada remaja, salah satu dampak dari kematangan berfikir ini bagaiman ia dapat mengambil peranan dalam masyarakat.
3.      Percaya tapi agak ragu-ragu
Kemampuan seorang remaja ketika mencapai kematangan sudah mulai dapat menolak maupun menerimasesuatu yag dihadapkannya. Tingkat kebimbangan pada masa remaja satu sama lain berbeda sesuai dengan kepribadiannya. Pada dasarnya kebimbangan seorang remaja terhadap agama ditentukan oleh dua factor pokok, yaitu:
a.       Kondisi kejiwaan remaja yang bersangkutan
b.      Keadaan sosial masyarakat dimana remaja berada
4.      Tidak percaya sama sekali atau cenderung atheis.
Sasaran atas keyakinan adalah pikiran dan perasaan yang kemudian membentuk satu pribadi. Apabila seorang remaja yang mengatakan tidak percaya kepada Tuhan pada usia di bawah 20 tahun, maka pernyataan tersebut belum merupakan sungguh-sungguh. Sikap tersebut hanyalah merupakan protes terhadap Tuhan.
Perkembangan ke arah tidak percaya terhadap tuhan itu dapat terjadi dari akibat perjalanan hidupnya.



[1] Joachin Wach, The Comparative Study of Religious, Terjemahan Drs. Djamannuri, (Jakarta:Rajawali, 1984), hal 44-52
[2] Ibid, Muiz Kabry, hal 96-102

Tidak ada komentar:

Posting Komentar