Ketika saya mengikuti sebuah pelatihan di Yogyakarta, sebagian pertanyaan yang dilontarkan kepada pelatih, dan itu tidak jauh berbeda dengan pertanyaan-pertanyaan yang sering saya dengarkan dalam sebuah forum diskusi dan seminar, misalnya seputar Bagaimana mengatasi rasa gugup ketika berbicara depan umum, Bagaimana menjaga ke-konsistenan dalam menjalankan sesuatu, Bagaimana cara mengatasi emosi. Ini merupakan pertanyaan klasik, dan seringkali kita dengar dalam sebuah forum.
Ternyata, tidak peduli dimanapun anda berada,
permasalahan yang dialami oleh banyak orang hampir sama. Jawaban dari
pertanyaan itu pun tidak jauh berbeda dengan jawaban yang kerap kali kita
dengarkan di beberapa forum yaitu Perbanyak
latihan sebelum berbicara, Buatlah action plan kamu, Cobalah untuk membangun
kebiasaan yang baik. Namun, jawaban tersebut sudah sering kita dengarkan
dan bahkan dipraktekkan berkali-kali, namun belum juga teratasi.
Seringkali kita pulang pergi dari
kampus/sekolah/kantor untuk belajar, mendengarkan materi, mendapat tugas,
menyelesaikan job, dan sebagainya. Namun, apakah hanya itu yang selalu anda
lakukan secara berulang? Pernahkah anda berfikir mengapa anda ke kantor,
mengapa anda menyelesaikan tugas, mengapa anda belajar.
Saya teringat obrolan singkat saya dengan
seorang pengrajin patung. Saat itu saya sedang melakukan Service In Action bersama tim saya, kami membantu masyarakat di
daerah tersebut membersihkan lokasi kegiatan Agustusan (perayaan hari
kemerdekaan Indonesia), kemudian saya melakukan beberapa obrolan dengan
seorang pengrajin. Obrolan kami begitu singkat dan tiba-tiba bapak itu mengajak saya
untuk melihat hasil kerajinan mereka. Setelah melihat patung-patung
kerajinannya, obrolan kemudian berlanjut. Pertanyaan sederhana saya saat itu “Mengapa bapak membuat patung ini dengan
tanah liat, sementara di tempat lain menggunakan logam?” dengan cermat ia
menjawab, “karena saya melihat situasi di
sekitar sini juga, dengan memakai tanah liat sebagai bahan tentu harganya juga terjangkau, harganya tergolong lebih murah daripada menggunakan logam.” Dari
jawaban itu memberi saya pelajaran bermakna, bahwa dalam melakukan sesuatu kita
harus tahu mengapa dan apa yang melandasi kita untuk melakukan itu.
Pengrajin ini tahu apa dan mengapa ia lebih memilih menggunakan tanah liat
dibanding logam.
Simon Sinek pernah berkata, “Why we do what
we do.” Seperti kata sebelumnya diatas, banyak orang yang berangkat pagi ke kantor
dan pulang malam, tetapi tidak mengetahui untuk apa melakukan semua itu.
Banyak mahasiswa yang sudah belajar, menyusun skripsi kemudian lulus tanpa tahu
tujuan besar mereka. Apakah anda sudah memahami “Why” anda? Kenapa anda gugup? Kenapa anda tidak
konsisten? Bisa jadi anda gugup karena tidak ada materi, belum punya
persiapan. Solusinya berarti pelajarilah terlebih dahulu materinya hingga anda
yakin , kemudian latihan berbicara. Pengrajin yang saya ceritakan tidak akan
ragu dengan apa yang ia lakukan karena ia tahu tujuannya.
When your “Why” is clear, your “How” will
come. Tahukah anda, Steve Jobs, Mark Zuckerberg, Bill Gates, BJ Habibie, semua
tokoh ini tidak hanya sekedar berbisnis dan mencari uang, tetapi ada alasan
jelas di balik jerih payah mereka hingga bisnisnya menjadi besar. Namun,
mengetahui “Why” anda tentunya tidak cukup, dibutuhkan good mindset untuk
tidak berhenti. Orang lain boleh saja menasehati anda, anda bisa saja membaca ratusan buku motivasi, mengikuti berbagai pelatihan dan seminar. Semua itu
hanyalah pembantu anda. Diri anda yang harus bergerak untuk mewujudkannya, ada
pepatah “Your “Why” is what keeps you
going when you face rejection.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar